Vino bingung. Takut, kuatir. Semuanya bercampur aduk jadi satu. Besok
adalah hari pertamanya mengikuti ujian masuk perguruan tinggi di sebuah kampus
favorit yang diidam-idamkannya. Sudah lama sekali Vino mengidamkan agar dirinya
dapat diterima menjadi salah satu mahasiswa di universitas top tersebut.
Sebenarnya, Vino sudah berdoa dan memasrahkan diri kepada Tuhan untuk ujiannya
besok. Ia pun juga sudah belajar dengan tekun agar dapat menyelesaikan semua
soal ujian nanti dengan baik. Tapi Vino tetap saja merasa takut dan kuatir.
Merasa tidak tenang, Vino akhirnya memutuskan untuk membuat contekan, buat
jaga-jaga kalau nanti ada soal yang tak bisa dijawabnya.
PPP = Pura-Pura Percaya
Guys, ayo ngaku, bukankah kita juga
sering berperilaku seperti Vino? Oke. Kita mengaku percaya pada Tuhan. Kita
bilang, kita menyerahkan diri sepenuhnya untuk segala sesuatu yang sedang kita
pergumulkan kepada Tuhan. Namun, kenyataannya, kita cuma pura-pura percaya
kepada Tuhan. Lho, kok, bisa? Yup! Buktinya saja sudah jelas. Kita tetap saja
kuatir, nggak bisa berpasrah diri penuh kepada Allah, dan malah memikirkan
cara-cara lain yang ‘bukan caranya Allah’ untuk mengatasi pergumulan
yang sedang dialami dan kita kuatirkan.
Inilah yang juga dialami oleh murid-murid Tuhan Yesus. Meski tahu bahwa
Tuhan Yesus ada di dalam perahu, meski dalam keadaan Tidur, tapi tetap saja
mereka takut dan menjadi tidak percaya ketika badai besar menghantam perahu
mereka (baca Markus 4:35-41). Nggak heran kalau kemudian Tuhan Yesus pun
menegur mereka, ketika murid-murid sudah membangunkan Yesus dari tidurnya.
Sobat muda, yang namanya percaya, memang sesuatu yang mudah sekali kita
ucapkan. Kalau boleh jujur, memang terkadang susah bagi untuk melakukannya.
Apalagi ketika kita selalu didera berbagai persoalan-persoalan hidup yang
datang bertubi-tubi. Kita merasa sudah berdoa kepada Tuhan, memohon pertolongan
dariNya, tapi kok Tuhan seolah-olah nggak segera datang untuk menolong. Kita
lupa bahwa jawaban Allah terkadang nggak selalu datang dengan cepat seperti
yang kita inginkan. Sim salabim, masalah langsung beres. Kita suka lupa bahwa
Allah mau kita berproses dalam setiap persoalan yang dihadapi, agar kita
menjadi kuat di dalam Dia. But, yang
terjadi kita maunya instan. Maunya masalah langsung bisa selesai begitu saja.
There’s always a process
Sahabat, ketika kita percaya kepada Allah, dibutuhkan kepasrahan diri penuh
kepada Allah. Kita harus mampu menunjukkan iman kita ketika kita didera
berbagai pergumulan. Saat itulah kepercayaan kita akan kedaulatan Allah itu
diuji. Meski mungkin kita terkadang akan jatuh dan mengalami krisis kepercayaan
terhadap Allah, namun Allah dengan sepenuh kasih akan menolong dan menuntun
kita. Dia akan mendorong kita untuk mempercayai kedaulatanNya yang dahsyat dan
ajaib.
Satu hal yang harus kita sadari, bahwa nggak ada sesuatu pun yang instan.
Termasuk ketika kita menghadapi berbagai pergumulan dan persoalan hidup. Nggak
pernah ada kantong ajaib Doraemon yang selalu langsung bisa mengatasi masalah
kita di dalam kehidupan nyata kita. Yang ada, bahwa selalu dibutuhkan proses
dalam menghadapi setiap persoalan hidup. Nah, lewat proses yang terjadi dalam
menyelesaikan pergumulan itulah, kita dibentuk oleh Allah agar semakin kuat dan
semakin dewasa di dalam segala perkara. Kalau kita hanya mau yang instan saja
seperti Nobita, kita nggak akan pernah jadi pribadi yang dewasa. Iman percaya
kita kepada Allah pun nggak akan bertumbuh dengan baik. So, masakan sobat muda mau punya iman yang kerdil seperti bonsai?
That’s why guys,
nggak usah terlalu kuatir apalagi takut akan badai kehidupan yang kita alami.
Belajar dari Daud yang tidak takut akan seberat apapun pergumulan yang
dihadapinya. “Waktu aku takut, aku ini
percaya kepada-Mu; kepada Allah, yang firman-Nya kupuji, kepada Allah aku
percaya, aku tidak takut. Apakah yang dapat dilakukan manusia terhadap aku?”
(Mazmur 56:4-5). Demikian juga dengan kita. Jika kita tahu ada Allah yang
selalu ada di pihak kita, tidak perlu lagi ragu dan kuatir. Cukup lakukan apa
yang menjadi tugas kita, percayai Allah dengan sepenuh hati, dan biarkan Ia
berproses dalam diri kita di saat persoalan hidup itu datang. Okay?(Telah dimuat di Majalah KASUT GKI Pondok Indah Jakarta Selatan, Edisi Juni 2015)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar