PEACE IN MY HEART
Hari ini Vincent merasa seperti hari terberatnya. Betapapun ia berusaha
keras, tetap saja ia selalu kalah dari Tobi. Padahal kalau dipikir-pikir, apa,
sih, hebatnya Tobi dibanding dirinya? Vincent merasa dirinya lebih pintar, lebih
kaya, lebih ganteng dan bahkan lebih terkenal ketimbang Tobi di sekolah. Tapi
selalu saja ia kalah dari Tobi. Di sekolah, Tobi selalu menjadi juara kelas,
sementara Vincent selalu berada di urutan kedua. Di kalangan teman-teman pun,
Tobi jauh lebih populer ketimbang dirinya. Apalagi di antara cewek-cewek,
selalu saja Tobi yang jadi perbincangan. Ini yang bikin Vincent jadi makin
panas. Seribu macam cara sudah dilakukannya demi mengalahkan Tobi. Hati Vincent
nggak bakalan bisa tenang kalau nggak bisa ngalahin Tobi. Sampai akhirnya,
Vincent melakukan hal yang buruk, dengan merencanakan pengeroyokan terhadap
Tobi, yang membuat Tobi harus masuk rumah sakit dan Vincent pun berurusan
dengan pihak berwajib.
Gara-gara iri hati
Bukan cuma orang pacaran
yang bisa cemburu, dalam pertemanan pun ternyata bisa bikin seseorang jadi
cemburu. Berawal dari iri hati yang terus disimpan dan dipupuk, akhirnya malah
jadi kejahatan yang yang terjadi. Sobat muda, pernahkah mengalami rasa iri?
Hampir semua orang pernah mengalami iri hati. Tapi sayangnya nggak semua orang
bisa mengendalikan rasa iri tersebut dan mengelolanya dengan baik.
Tahu nggak, sih, kalau
iri hati itu bisa berujung pada kejahatan? Om Yakobus pernah mengingatkan kita,
“Sebab di mana ada iri hati dan mementingkan diri sendiri di situ ada kekacauan
dan segala macam perbuatan jahat.” (Yakobus 3:16). Sobat muda masih ingat, kan,
kasus pembunuhan yang dilakukan oleh Kain terhadap Habel ? (Kejadian 4:1-16)
Berawal dari rasa iri karena persembahan Habel lebih menyenangkan hati Allah,
Kain akhirnya harus menerima predikat sebagai pembunuh. Iri hati Kain membuat
hidupnya tidak tenang hingga Habel pun terpaksa harus terbunuh.
Vincent dan Tobi juga
Kain dan Habel hanyalah salah satu dari sekian banyak orang yang menjadi korban
iri hati. Gara-gara dibakar rasa iri, kita bisa terjerumus pada perbuatan
jahat. Coba, deh, sobat muda perhatiin, banyak sekali kasus bullying di sekitar kita, yang terjadi
karena diawali dengan perasaan iri. Nah, apakah sobat muda mau menambah deretan
panjang sebagai peserta kasus iri hati? So
pasti nggak mau, kan?
Berdamai
dengan diri sendiri
Lalu bagaimana caranya
agar iri hati ini nggak berkembang merajalela hingga korban berjatuhan?
Satu-satunya jalan adalah kita harus berusaha untuk belajar mengelola rasa iri
tersebut. Guys, harus disadari bahwa
setiap orang pasti punya kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Itu adalah
karunia yang sudah Tuhan berikan bagi kita. Kadang-kadang ketika kita melihat
hidup orang lain yang mungkin terlihat jauh lebih baik dari kita, inilah yang
membuat kita jadi iri. Ujungnya adalah karena kita nggak mensyukuri apa yang
sudah Tuhan beri dalam hidup. Karena nggak bersyukur itulah rasa iri terus
tumbuh subur, yang membuat kita nggak lagi merasakan kedamaianan di hati. Yang
terus ada di pikiran dan hati kita adalah bagaimana caranya supaya nggak kalah
dari orang lain.
That’s why guys, biar gak kelamaan jadi penyandang iri dan
dengki, kita wajib berdamai dengan diri sendiri. Belajar menerima kondisi diri
sendiri apa adanya, dan mensyukuri apapun kondisi kita, karena semuanya itu
adalah berkat dari Tuhan. Masa, sih, kita mau terus menerus hidup dalam
kegelisahan, hanya gara-gara iri? Jangan sampai hidup kita jadi sia-sia karena
iri. Ingat lho, “Hati yang tenang menyegarkan tubuh, tetapi iri hati
membusukkan tulang.” (Amsal 14:30)
Nggak
hanya itu, kita juga mesti belajar menerima keberadaan orang lain dengan lapang
dada. Sekalipun orang lain mungkin lebih segala-galanya dari kita, belajar
untuk menerima semuanya itu. Mungkin kita nggak bisa melebihi mereka. Tapi
ingat bahwa kita pasti punya kelebihan lain yang nggak bakal dimiliki oleh
orang lain. ‘Coz we’re unique.
Cobalah untuk menggali potensi diri sendiri, agar kita mampu menonjolkan
kelebihan kita. Bangga dengan setiap kelebihan yang kita punya. Mungkin kita
tidak kaya, tidak pandai, ataupun tidak populer. Tapi banggalah kepada diri
sendiri, ketika kita mungkin lebih disukai oleh orang lain, atau dipilih Tuhan
untuk melayaniNya, karena kesetiaan, ketekunan, atau kemurahan hati yang
dianugerahkan Tuhan kepada kita. Dengan cara itulah kita dapat menjalani hidup
yang lebih tenang dan terbebas dari belenggu iri hati.
Kalau
sobat muda sampai terkena virus iri hati, nggak usah buru-buru jadi panas hati.
Stay cool. Ambil waktu untuk berdoa.
Minta pertolongan Tuhan agar Ia menolong kita supaya dapat menguasai diri dan
nggak melanjutkan rasa iri itu menjadi perbuatan jahat. Berdoa juga agar rasa
iri yang tengah melanda justru menjadi motivasi buat kita untuk dapat menggali
dan mengembangkan potensi diri yang kita punya. Dengan begitu, iri hati hilang,
kedamaian pun datang.
(Telah dimuat di Majalah KASUT GKI Pondok Indah Jakarta Selatan, Edisi Desember 2015)
Komentar
Posting Komentar