Dikancani Asuku
Buang, asuku paling setia di dunia.
Biar dia makhluk buangan
(karena tubuhnya yang bopeng-bopeng, berkudis,
membuatnya ditendang dan dibuang),
tapi dia makhluk paling setia.
Di antara segara donya yang kini tak
kenal lagi apa arti setia,
asuku tetaplah
setia padaku.
Bahkan dibanding Srinthil,
lonthe ayu bekas istriku yang minta cerai gara-gara ndak kuat hidup kere,
Buang jauh lebih setia.
Asuku sangat sayang
padaku,
seperti halnya aku sayang dia.
Kami, dua makhluk terbuang yang tak
terpisahkan.
Kemanapun aku melangkah, mengais rejeki di
antara pegunungan benda-benda buangan,
asuku tak pernah
beranjak sedikitpun dari sisiku.
Ia selalu setia mendampingiku, memagut rejeki
dikeliling wewangian sengak.
Hari ini hari terakhir kami mendiami segara
mambu ini.
Kata teman-teman, mulai besok tempat kami
menjumput rejeki ini akan ditamatkan riwayatnya.
“Pemda sudah ndak mau lagi kotanya dinodai
limbah orang-orang Jakarta,” begitu kata Panjul,
salah satu rekan mulungku, mengulang pengumuman
petugas Kamtib.
Semua pemulung mbambung di tempat ini
resah, gelisah, gundah, gulana.
Pun denganku.
Semalam-malaman tak kupicingkan mataku, demi
memacu otak,
kemana lagi kami harus memburu rejeki.
Pagi itu aku dibangunkan suara gemuruh.
Milyaran air mata tumpah ruah, caci maki,
sumpah serapah dan lontaran teriakan,
bergaung di seluruh kupingku.
Aku beranjak bangun dari gubuk kardus.
Ku lihat asuku masih angler, tak
jauh dari tilamku.
Ku lihat teman-temanku sibuk bersitegang dengan
para petugas agar mereka tak diusir.
Ku saksikan Menul, istri Panjul yang hamil tua,
di dorong-dorong petugas,
sementara Panjul diseret petugas lainnya entah
kemana.
Segera ku hampiri Menul, membawanya ke tempat
aman,
meski ia meronta mencari belahan jiwanya.
Dan berbareng itu, raksasa-raksasa penggilas
itu mulai merayapi gubuk kardusku.
“Buang … bangun Buang … cepat lari …” teriakku
memanggil asuku.
Sia-sia …
Tak ku dengar gonggongannya.
Aku berlari, hampiri gubuk kardusku.
Terlambat …
Gubuk kardusku sudah rata dengan tanah,
bersimbah darah.
Buang sudah ke alam baka.
Komentar
Posting Komentar