Selasa, 30 September 2003

Sabar Menanti

Bacaan : Kejadian 29:31-30:24
“..., karena kesabaran men­cegah kesalahan-kesa­lahan besar.”
(Pengkhotbah 10:4)


Seandainya saja Rahel mau bersabar menantikan ja­waban doanya, tentu ia tidak akan berselisih dan bersa­ing untuk mendapatkan anak, dengan Lea, kakak kan­dung­nya sendiri. Seandainya saja Rahel sungguh-sung­guh mempercayai Allah, tentunya ia tidak akan mengalami rasa sakit hati gara-gara dirinya tak kunjung memiliki anak. Se­andainya saja Rahel belajar dari Hana (1 Samuel 1:­1-28) yang sungguh-sungguh percaya kepada Allah, dan mau bersabar menantikan jawaban doanya. Sa­yang­nya Rahel tak bisa belajar dari Hana, karena ia me­mang hidup di jaman yang jauh lebih awal dari Hana.
 
Terkadang kita pun kerap meneladani Rahel. Tak sa­­­bar menanti kenaikan jabatan, kita pun mulai melakukan hal-hal bodoh. Mulai memfitnah bahkan men­ja­tuh­kan re­kan kerja agar kitalah yang naik pangkat. Tak sabar pu­nya anak, akhirnya rela dimadu. Atau tak sabar dalam a­papun juga. Akhirnya karena ketidaksa­baran itu, kita sen­diri jatuh ke dalam kesulitan besar. Sela­ma kita tidak mau bersandar dan mempercayai Allah dengan sungguh, pikiran-pikiran bodoh akan terus mengelilingi benak kita , yang bisa saja mendorong kita untuk berbuat dosa.

Warning!
Jangan sampai ada sedikitpun pikiran-pikiran ko­nyol yang dapat membawa kita untuk meragu­kan janji Allah. Buang jauh-jauh semuanya itu. Belajar untuk bersabar dalam menantikan janji Allah, serta  mempercayai Allah dengan sung­guh-sungguh, bahwa Ia akan membuat segala sesuatunya indah pada waktunya. Jika hari ini kita mulai meragukan Allah, segera bertobat dan mulai mempercayai-Nya sepenuh hati.(gs) 



(Telah dimuat di Renungan Harian Daily Warning!)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar