Sabar Menanti
Bacaan : Kejadian 29:31-30:24
“..., karena kesabaran mencegah kesalahan-kesalahan besar.”
(Pengkhotbah 10:4)
(Pengkhotbah 10:4)
Seandainya saja Rahel mau bersabar menantikan jawaban doanya, tentu ia tidak akan berselisih dan bersaing untuk mendapatkan anak, dengan Lea, kakak kandungnya sendiri. Seandainya saja Rahel sungguh-sungguh mempercayai Allah, tentunya ia tidak akan mengalami rasa sakit hati gara-gara dirinya tak kunjung memiliki anak. Seandainya saja Rahel belajar dari Hana (1 Samuel 1:1-28) yang sungguh-sungguh percaya kepada Allah, dan mau bersabar menantikan jawaban doanya. Sayangnya Rahel tak bisa belajar dari Hana, karena ia memang hidup di jaman yang jauh lebih awal dari Hana.
Terkadang kita pun kerap meneladani Rahel. Tak sabar menanti kenaikan jabatan, kita pun mulai melakukan hal-hal bodoh. Mulai memfitnah bahkan menjatuhkan rekan kerja agar kitalah yang naik pangkat. Tak sabar punya anak, akhirnya rela dimadu. Atau tak sabar dalam apapun juga. Akhirnya karena ketidaksabaran itu, kita sendiri jatuh ke dalam kesulitan besar. Selama kita tidak mau bersandar dan mempercayai Allah dengan sungguh, pikiran-pikiran bodoh akan terus mengelilingi benak kita , yang bisa saja mendorong kita untuk berbuat dosa.
Warning!
Jangan sampai ada sedikitpun pikiran-pikiran konyol yang dapat membawa kita untuk meragukan janji Allah. Buang jauh-jauh semuanya itu. Belajar untuk bersabar dalam menantikan janji Allah, serta mempercayai Allah dengan sungguh-sungguh, bahwa Ia akan membuat segala sesuatunya indah pada waktunya. Jika hari ini kita mulai meragukan Allah, segera bertobat dan mulai mempercayai-Nya sepenuh hati.(gs)
(Telah dimuat di Renungan Harian Daily Warning!)
Komentar
Posting Komentar