Sabtu, 28 Februari 2015

Have You Ever Miss HIM A Lot?



Hampir dalam setiap kesempatan, Rudi selalu bilang kalau dirinya sangat cinta Yesus dan selalu rindu untuk bersekutu dengan Allah. Bahkan Rudi lebih suka menghabiskan waktunya untuk aktif dalam berbagai perlayanan di gereja. Rudi memang seorang aktivis gereja yang hebat. Tapi kenyataannya, dalam kesehariannya ia justru malah sangat malas untuk berdoa dan meluangkan waktu untuk bersaat teduh. Ia baru benar-benar rajin berdoa dan bersaat teduh ketika masalah berat datang menimpanya.
Kapankah sobat muda betul-betul sangat merindukan Tuhan di dalam hidup ini? Dulu, kemarin, hari ini, atau... nggak pernah sama sekali? Hayo... ngaku, deh... Kebanyakan dari kita mungkin seringkali cuma lip service semata saat bilang, “I trully.. trully miss You, God.”  Coba introspeksi diri sendiri, benarkah kita sungguh-sungguh mengasihi Allah dan senantiasa merindukan kehadiranNya dalam hidup kita?

Truth or lie
Kebenarannya, ternyata memang kita mungkin memang mengasihi Allah, tapi nggak dengan sepenuh hati. Yah... sewajarnya saja seperti orang kristen lain pada umumnya. Mengasihi... ya, mengasihi Allah. That’s all. Selebihnya, pas ditanya apakah pernah merindukan Allah seperti saat kita kangen dengan pacar ataupun dengan ortu yang tinggal berjauhan, jawabannya belum pernah ngerasain yang seperti itu. Kenyataannya mungkin memang kita lebih banyak bohongnya. Bilang sungguh-sungguh mengasihiNya dan selalu rindu saat-saat bersekutu denganNya, tapi nyatanya itu nggak lebih dari sebuah ritual kita dalam beribadah, sebagaimana layaknya dilakukan oleh orang-orang kristen.
Nggak cuma itu saja, seringkali kita ‘baru’ merindukan Allah, manakala berada dalam situasi hidup yang sangat terpuruk dan tertekan. Di saat-saat susah, baru kita ingat akan kebaikan Tuhan dan memohon pertolonganNya untuk melepaskan diri dari segala beban. Di saat susah, baru kita mau rajin berdoa dan bersekutu dengan Allah. Ayo, coba kita jujur, adakah kita sungguh-sungguh merindukan Allah ketika berada dalam situasi bahagia, senang, and everything is okay?

From the bottom of the heart
Ngomong-ngomong soal kerinduan pada Allah, Raja Daud adalah contoh orang yang memiliki kerinduan mendalam kepada Allah. Cukup banyak ayat di dalam Mazmur karya Daud yang menunjukkan kerinduannya kepada Allah. Bukan hanya di saat susah saja Daud merindukan Allah, tetapi di saat senang pun ia tetap merindukan Allah. Dalam keseharian hidupnya, Daud senantiasa merindukan hadirat Allah.
Apa, sih, yang membuat Daud sebegitu rindunya kepada Allah? Nggak lain karena Daud sangat melekat dengan Allah. Hidupnya sangat berpaut erat dengan Allah, sehingga ia memiliki hubungan yang sangat intim dengan Allah.  Mazmur 119 : 20 pun mengungkapkan, “Hancur jiwaku karena rindu kepada hukum-hukum-Mu setiap waktu.” Hubungan Daud dengan Allah bukan sekedar dekat, tetapi sangat dekat, hingga ia sendiri pun menyadari bahwa dirinya tidak dapat dijauhkan dari Allah. Kerinduan yang dirasakan oleh Daud ini, berasal dari lubuk hatinya yang paling dalam. Daud sangat menyadari bahwa dirinya bukanlah apa-apa jika ia tidak melekat pada Allah. Kunci keberhasilan Daud dalam hidupnya, tak lain adalah karena kedekatannya dengan Allah.
Nah, sobat muda, sampai sejauh mana dan sedekat apa hubungan kita dengan Allah saat ini? Belajar dari Daud, jika kita mau hubungan kita dengan Allah seperti Daud, kuncinya adalah selalu melekat dengan Allah. Senantiasa taat dengan segala hal yang telah difirmankanNya, dan always dengar-dengaran dengan Allah. Jangan cuma datang dan merindukan Allah hanya ketika kita menghadapi persoalan saja, tetapi sudah selayaknya kita datang pada Allah setiap waktu. Menjalin hubungan yang intens dan lebih intim dengan Allah akan membuat kita memiliki kepekaan yang lebih dalam memahami kehendak Tuhan dalam hidup kita. Belajar untuk mengasihi Allah, bukan hanya di saat kita membutuhkanNya saja, namun dengan tulus kita juga belajar untuk mengasihi Dia setiap waktu. Sekarang, maukah sobat muda memiliki hidup yang selalu berpaut dengan Allah? (ika)


(Telah dimuat di Majalah KASUT GKI Pondok Indah Jakarta Selatan, Edisi Februari 2015)
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar