Hampir dalam setiap kesempatan, Rudi selalu bilang kalau dirinya sangat
cinta Yesus dan selalu rindu untuk bersekutu dengan Allah. Bahkan Rudi lebih
suka menghabiskan waktunya untuk aktif dalam berbagai perlayanan di gereja.
Rudi memang seorang aktivis gereja yang hebat. Tapi kenyataannya, dalam
kesehariannya ia justru malah sangat malas untuk berdoa dan meluangkan waktu
untuk bersaat teduh. Ia baru benar-benar rajin berdoa dan bersaat teduh ketika
masalah berat datang menimpanya.
Kapankah sobat muda betul-betul sangat merindukan Tuhan di dalam hidup ini?
Dulu, kemarin, hari ini, atau... nggak pernah sama sekali? Hayo... ngaku,
deh... Kebanyakan dari kita mungkin seringkali cuma lip service semata saat bilang, “I
trully.. trully miss You, God.” Coba
introspeksi diri sendiri, benarkah kita sungguh-sungguh mengasihi Allah dan
senantiasa merindukan kehadiranNya dalam hidup kita?
Truth or lie
Kebenarannya, ternyata memang kita mungkin memang mengasihi Allah, tapi
nggak dengan sepenuh hati. Yah... sewajarnya saja seperti orang kristen lain
pada umumnya. Mengasihi... ya, mengasihi Allah. That’s all. Selebihnya, pas ditanya apakah pernah merindukan Allah
seperti saat kita kangen dengan pacar ataupun dengan ortu yang tinggal berjauhan,
jawabannya belum pernah ngerasain yang seperti itu. Kenyataannya mungkin memang
kita lebih banyak bohongnya. Bilang sungguh-sungguh mengasihiNya dan selalu
rindu saat-saat bersekutu denganNya, tapi nyatanya itu nggak lebih dari sebuah
ritual kita dalam beribadah, sebagaimana layaknya dilakukan oleh orang-orang
kristen.
Nggak cuma itu saja, seringkali kita ‘baru’ merindukan Allah, manakala
berada dalam situasi hidup yang sangat terpuruk dan tertekan. Di saat-saat
susah, baru kita ingat akan kebaikan Tuhan dan memohon pertolonganNya untuk
melepaskan diri dari segala beban. Di saat susah, baru kita mau rajin berdoa
dan bersekutu dengan Allah. Ayo, coba kita jujur, adakah kita sungguh-sungguh
merindukan Allah ketika berada dalam situasi bahagia, senang, and everything is okay?
From the bottom of the heart
Ngomong-ngomong soal kerinduan pada Allah, Raja Daud adalah contoh orang
yang memiliki kerinduan mendalam kepada Allah. Cukup banyak ayat di dalam
Mazmur karya Daud yang menunjukkan kerinduannya kepada Allah. Bukan hanya di
saat susah saja Daud merindukan Allah, tetapi di saat senang pun ia tetap
merindukan Allah. Dalam keseharian hidupnya, Daud senantiasa merindukan hadirat
Allah.
Apa, sih, yang membuat
Daud sebegitu rindunya kepada Allah? Nggak lain karena Daud sangat melekat
dengan Allah. Hidupnya sangat berpaut erat dengan Allah, sehingga ia memiliki
hubungan yang sangat intim dengan Allah.
Mazmur 119 : 20 pun mengungkapkan, “Hancur
jiwaku karena rindu kepada hukum-hukum-Mu setiap waktu.” Hubungan Daud
dengan Allah bukan sekedar dekat, tetapi sangat dekat, hingga ia sendiri pun
menyadari bahwa dirinya tidak dapat dijauhkan dari Allah. Kerinduan yang
dirasakan oleh Daud ini, berasal dari lubuk hatinya yang paling dalam. Daud
sangat menyadari bahwa dirinya bukanlah apa-apa jika ia tidak melekat pada
Allah. Kunci keberhasilan Daud dalam hidupnya, tak lain adalah karena
kedekatannya dengan Allah.
Nah,
sobat muda, sampai sejauh mana dan sedekat apa hubungan kita dengan Allah saat
ini? Belajar dari Daud, jika kita mau hubungan kita dengan Allah seperti Daud,
kuncinya adalah selalu melekat dengan Allah. Senantiasa taat dengan segala hal
yang telah difirmankanNya, dan always
dengar-dengaran dengan Allah. Jangan cuma datang dan merindukan Allah hanya
ketika kita menghadapi persoalan saja, tetapi sudah selayaknya kita datang pada
Allah setiap waktu. Menjalin hubungan yang intens dan lebih intim dengan Allah
akan membuat kita memiliki kepekaan yang lebih dalam memahami kehendak Tuhan
dalam hidup kita. Belajar untuk mengasihi Allah, bukan hanya di saat kita
membutuhkanNya saja, namun dengan tulus kita juga belajar untuk mengasihi Dia
setiap waktu. Sekarang, maukah sobat muda memiliki hidup yang selalu berpaut
dengan Allah? (ika)(Telah dimuat di Majalah KASUT GKI Pondok Indah Jakarta Selatan, Edisi Februari 2015)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar