Apa yang terjadi jika sobat muda diberi kesempatan untuk memilih hadiah?
Uang 1 milyar, pacar yang cakep, punya segudang prestasi, berwajah tampan atau
cantik, terkenal, atau jadi orang yang bijak? Most of us pasti bakalan pengen milih punya uang 1 milyar, pacar
yang cakep, segudang prestasi, berwajah tampan atau cantik, dan jadi terkenal.
Siapa, sih, yang nggak kepengen semuanya itu? Manusiawi banget, lah, kalau kita
menginginkannya. Apalagi kalau kita ngelihat bintang-bintang idola yang
rata-rata good looking, perfect, dan
punya segalanya. Hedew, siapa, sih, yang nggak ngiler pengen punya kehidupan
seperti mereka? Tapi, jika benar kita diberikan pilihan-pilihan seperti di
atas, manakah pilihan yang terbaik dan yang tepat yang akan kita pilih?
Keinginan vs Kebutuhan
Keinginan dan kebutuhan. Dua hal inilah yang seringkali jadi dilema buat
sobat muda ketika harus memutuskan memilih sesuatu. Banyak diantara kita yang
jadi galau ketika dihadapkan dengan pilihan-pilihan ini. Yang satu memang
sangat kita inginkan, tapi sebenarnya nggak dibutuhin. Yang satu lagi
pilihannya sebenarnya sesuatu yang sangat kita butuhkan, tapi kita sama sekali
nggak menginginkannya. Well, ribet,
kan?
Berhadapan dengan situasi semacam ini, kita semestinya belajar banyak pada
Salomo. Saat Salomo diberi kesempatan oleh Tuhan untuk memilih sendiri ‘hadiah’
yang diinginkannya, ia betul-betul memilih yang tepat dan yang terbaik, bukan
saja untuk kepentingan dirinya sendiri, tetapi juga untuk kepentingan orang
banyak, yaitu rakyat yang dipimpinnya. Bukan kekayaan, kekuasaan, kehormatan,
ataupun kemuliaan yang dipilih oleh Salomo. Hikmat kebijaksanaan. Ya, itulah
yang dipilih oleh Salomo. Salomo tahu persis, menjadi seorang raja bukanlah hal
yang mudah. Bukan sebuah kekayaan ataupun kemasyuran yang dibutuhkannya untuk
menjadi seorang raja. Salomo memilih untuk meminta hikmat agar dapat membedakan
mana yang baik dan yang jahat, sebab hal itulah yang paling dibutuhkannya dalam
memimpin bangsa Israel (1 Raja-Raja 3:9).
Ini Pilihanku, Mana Pilihanmu?
Belajar dari Salomo, sebenarnya yang paling penting dalam menentukan
pilihan adalah ketika kita belajar untuk tidak memperturutkan keinginan kita di
atas segalanya. Belajar untuk merendahkan diri dihadapan Tuhan dan mencari tahu
apa yang Tuhan inginkan dalam hidup kita agar dapt mengambil keputusan yang
terbaik seturut dengan kehendak Allah. Nah, masalahnya, bukankah sebagai anak
muda seringkali kesulitan menekan ego kita? Rasa-rasanya seperti harus
berperang dengan keinginan kita sendiri.
Well guys, ada sesuatu hal yang perlu diingat bahwa semua
keinginan-keinginan yang kita miliki itu adalah keinginan daging semata.
Galatia 5:17 menyebutkan, “Sebab
keinginan daging berlawanan dengan keinginan Roh dan keinginan Roh berlawanan
dengan keinginan daging -- karena keduanya bertentangan -- sehingga kamu setiap
kali tidak melakukan apa yang kamu kehendaki.” So,
kita harus lebih waspada, jangan sampai keinginan kita yang jauh lebih berkuasa
daripada kehendak Allah. Ingat juga, “Sebab
semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta
keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia.” (1
Yohanes 2:16)
Itu sebabnya, setiap saat
kita dihadapkan oleh berbagai pilihan, jangan pernah lupa untuk melibatkan
Tuhan dalam setiap pengambilan keputusan. Mintalah hikmat dari Allah, agar kita
dapat memilih dan mengambil keputusan yang terbaik yang seturut dengan
kehendakNya. Percayalah, setiap kita melibatkan Allah dalam setiap pengambilan
keputusan kita, Ia pasti akan menolong kita untuk menentukan pilihan yang
terbaik bagi hidup kita dan seturut dengan kehendakNya.(ika)
(Telah dimuat di Majalah KASUT GKI Pondok Indah Jakarta Selatan, Edisi Februari 2015)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar