Jumat, 31 Desember 2004

JAIM…OKE NGGAK SIH?

“Tapi buka dulu topengmu…buka dulu topengmu…” Lirik lagu yang dibawakan oleh group musik Peter Pan ini nyeritain tentang seorang cewek  yang jaim abis, sampai-sampai cowok yang pengen kenal deket sama dia memintanya untuk membuka ‘topengnya’ dan menjadi diri sendiri.
Mungkin sebagian dari kita juga ada yang suka jaim alias jaga image untuk berbagai macam tujuan. Ada yang jaim demi menjaga reputasi, demi menjaga harga diri, supaya diterima di sebuah lingkungan, biar nggak kelihatan bodoh, supaya rahasia pribadinya nggak terbongkar en many more alasan lainnya. Just like yang dibilang di Amsal 13:7, “Ada orang yang berlagak kaya, tetapi tidak mempunyai apa-apa, ada pula yang berpura-pura miskin, tetapi hartanya banyak.”
Sometimes kita sendiri juga bingung antara mo jaim or tetap menjadi pribadi yang apa adanya. Mungkin kita berusaha jaga wibawa untuk maksud dan tujuannya yang baik. But, kenyataannya banyak di antara kita yang berusaha untuk jaim, eh…malah kita jadi sosok ‘bertopeng’ (bukan pahlawan bertopeng-nya Sinchan lho ya…), yang hidupnya penuh dengan kebohongan en nggak jadi diri sendiri. 

Jaim=menipu diri sendiri?
For example kisahnya Dodi. Sebagai ketua youth, Dodi punya niatan baik ngadain bakti sosial ke pemukiman kumuh bareng anak-anak youth lainnya.  Pas kunjungan usai, berhubung cacing-cacing di perut sudah nggak bisa diajak kompromi, semua anak yang ikutan baksos pada ngajakin makan. Karena satu-satunya tempat makan terdekat di situ cuma warteg sederhana, mereka semua sepakat untuk mengisi perut di sana. Dodi yang gengsi dengan posisi yang dia punya, berusaha jaim en bilang ke teman-temannya kalau dia nggak lapar dan nggak ikut makan, meski sebenarnya Dodi sudah lapar sekali.
Guys…mungkin selama ini kita berusaha jaim untuk maksud yang baik, namun pada akhirnya kita malah terjebak jadi muna alias jadi orang yang munafik. Tapi bukan berarti jaim itu lantas dibilang negatif en nggak boleh dilakuin lho. Jaga image sih boleh-boleh saja…tapi… kita harus lihat-lihat suasananya. Memang nggak gampang untuk membaca suasana en nggak mudah juga buat kita untuk melihat, apakah kita sudah kelewatan menjaga image atau belum. Salah-salah kita mau kelihatan baik, malah jadi berkesan sombong.
Jaga wibawa nggak musti kita lantas jadi sosok yang munafik, hobi berpura-pura, en nggak mau tampil apa adanya, tapi bagaimana kita berusaha untuk membawa diri dengan baik tanpa harus kehilangan jati diri. Jangan sampai deh kita mau jaim, tapi jadi muna kayak orang-orang Farisi. Ingat khan gimana orang-orang Farisi yang jaim banget?  Mereka hobi banget berdoa di tempat-tempat umum biar dibilang suci. Bukannya pujian or pahala yang mereka dapat, tapi malah menerima celaan bahkan kutukan dari Tuhan Yesus (lihat Matius 23:1-36). Nah…nggak mau khan jadi kayak orang Farisi?

Jaim yang benar?
So, gimana dong sekarang? Mau jaim, tapi nggak pake acara berpura-pura en munafik. Kita  perlu bersihin pikiran dari doktrin yang bilang kalau jaim tuh musti muna. Berbicara terbuka pada diri sendiri ternyata  bisa membantu lho. Tanyakan pada diri kita sendiri, apa sih yang kita takuti sampai kita harus sedemikian rupa menjaga image? Kalau alasan kita tentang hal yang prinsip dan masih masuk akal or masih dalam kadar normal, maybe it doesn’t matter. Tapi kalau sudah mulai berlebih, kita perlu merenung lagi perlu nggak ya kita begitu?
Roma 12:9 bilang, “Hendaklah kasih itu jangan pura-pura! Jauhilah yang jahat dan lakukanlah yang baik.” FirTu ini sebenarnya nggak cuma mau bilang supaya kita jangan pura-pura dalam mengasihi orang lain. Tapi lebih jauh lagi ayat ini mengingatkan kepada kita untuk nggak hidup dalam kepura-puraan dan kemunafikan, termasuk jaim yang kebangetan.
Well, nggak masalah kalau kita mau jaim. Tapi sekali lagi yang kudu diingat, kita musti jaga wibawa dengan baik en nggak neko-neko. Yang wajar-wajar saja, dan nggak usah pakai acara pura-pura en jadi munafik. Be yourself! Itu yang paling utama.Ok?q(ika)

(Telah dimuat di Majalah Rajawali)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar