“Tapi buka dulu
topengmu…buka dulu topengmu…” Lirik lagu yang dibawakan oleh group musik Peter
Pan ini nyeritain tentang seorang cewek
yang jaim abis, sampai-sampai cowok yang pengen kenal deket sama dia
memintanya untuk membuka ‘topengnya’ dan menjadi diri sendiri.
Mungkin sebagian
dari kita juga ada yang suka jaim alias jaga image untuk berbagai macam
tujuan. Ada yang jaim demi menjaga reputasi, demi menjaga harga diri, supaya
diterima di sebuah lingkungan, biar nggak kelihatan bodoh, supaya rahasia
pribadinya nggak terbongkar en many more alasan lainnya. Just like
yang dibilang di Amsal 13:7, “Ada orang yang berlagak kaya, tetapi tidak
mempunyai apa-apa, ada pula yang berpura-pura miskin, tetapi hartanya banyak.”
Sometimes kita sendiri juga bingung antara mo jaim or
tetap menjadi pribadi yang apa adanya. Mungkin kita berusaha jaga wibawa untuk
maksud dan tujuannya yang baik. But, kenyataannya banyak di antara kita
yang berusaha untuk jaim, eh…malah kita jadi sosok ‘bertopeng’ (bukan pahlawan
bertopeng-nya Sinchan lho ya…), yang hidupnya penuh dengan kebohongan en nggak
jadi diri sendiri.
Jaim=menipu diri sendiri?
For example kisahnya Dodi. Sebagai ketua youth,
Dodi punya niatan baik ngadain bakti sosial ke pemukiman kumuh bareng anak-anak
youth lainnya. Pas kunjungan
usai, berhubung cacing-cacing di perut sudah nggak bisa diajak kompromi, semua
anak yang ikutan baksos pada ngajakin makan. Karena satu-satunya tempat makan
terdekat di situ cuma warteg sederhana, mereka semua sepakat untuk mengisi
perut di sana. Dodi yang gengsi dengan posisi yang dia punya, berusaha jaim en
bilang ke teman-temannya kalau dia nggak lapar dan nggak ikut makan, meski
sebenarnya Dodi sudah lapar sekali.
Guys…mungkin selama ini kita berusaha jaim
untuk maksud yang baik, namun pada akhirnya kita malah terjebak jadi muna alias
jadi orang yang munafik. Tapi bukan berarti jaim itu lantas dibilang negatif en
nggak boleh dilakuin lho. Jaga image sih boleh-boleh saja…tapi… kita harus
lihat-lihat suasananya. Memang nggak gampang untuk membaca suasana en nggak
mudah juga buat kita untuk melihat, apakah kita sudah kelewatan menjaga image
atau belum. Salah-salah kita mau kelihatan baik, malah jadi berkesan sombong.
Jaga wibawa nggak
musti kita lantas jadi sosok yang munafik, hobi berpura-pura, en nggak mau
tampil apa adanya, tapi bagaimana kita berusaha untuk membawa diri dengan baik
tanpa harus kehilangan jati diri. Jangan sampai deh kita mau jaim, tapi jadi
muna kayak orang-orang Farisi. Ingat khan gimana orang-orang Farisi yang jaim
banget? Mereka hobi banget berdoa di
tempat-tempat umum biar dibilang suci. Bukannya pujian or pahala yang
mereka dapat, tapi malah menerima celaan bahkan kutukan dari Tuhan Yesus (lihat
Matius 23:1-36). Nah…nggak mau khan jadi kayak orang Farisi?
Jaim yang benar?
So, gimana dong sekarang? Mau jaim, tapi
nggak pake acara berpura-pura en munafik. Kita
perlu bersihin pikiran dari doktrin yang bilang kalau jaim tuh musti
muna. Berbicara terbuka pada diri sendiri ternyata bisa membantu lho. Tanyakan pada diri kita
sendiri, apa sih yang kita takuti sampai kita harus sedemikian rupa menjaga
image? Kalau alasan kita tentang hal yang prinsip dan masih masuk akal or
masih dalam kadar normal, maybe it doesn’t matter. Tapi kalau sudah
mulai berlebih, kita perlu merenung lagi perlu nggak ya kita begitu?
Roma 12:9 bilang,
“Hendaklah kasih itu jangan pura-pura! Jauhilah yang jahat dan lakukanlah yang
baik.” FirTu ini sebenarnya nggak cuma mau bilang supaya kita jangan pura-pura
dalam mengasihi orang lain. Tapi lebih jauh lagi ayat ini mengingatkan kepada
kita untuk nggak hidup dalam kepura-puraan dan kemunafikan, termasuk jaim yang
kebangetan.
Well, nggak masalah kalau kita mau jaim. Tapi
sekali lagi yang kudu diingat, kita musti jaga wibawa dengan baik en nggak neko-neko.
Yang wajar-wajar saja, dan nggak usah pakai acara pura-pura en jadi munafik. Be
yourself! Itu yang paling utama.Ok?q(ika)
(Telah dimuat di Majalah Rajawali)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar