Seperti
yang sudah-sudah di tahun-tahun yang lalu, perayaan Paskah tiba. Memulai ritual
Pra Paskah selama empat minggu, aksi puasa, aksi sosial, berbagai lomba, hias
telur, Kamis Putih, Jumat Agung, dan… Minggu Paskah. Bagai tradisi gerejawi
yang harus dijalani, setelah selesai semuanya berlalu begitu saja. Nothing special. Kita kembali lagi pada
kehidupan semula. Menjalani rutinitas hidup, belajar, sekolah, les, main, gaul,
and so on. Kalo selama masa raya
Paskah kita dianjurkan untuk menahan diri dan hawa nafsu, berpuasa dalam rangka
mengingat kembali sengsara Kristus, lepas Paskah tutur kata dan tingkah laku
kita pun balik lagi seperti semula. Paskah rupanya nggak membawa dampak yang
berarti dalam hidup kita. Paskah pada akhirnya hanya menjadi sebuah tradisi
belaka.
Ini
bedanya!
Ngomongin soal Paskah memang kita nggak cuman
mengingat dan mengenang kisah sengsara Yesus. Bagaimana Ia dengan rela, sengaja
jadi tumbal ganti dosa kita yang semestinya nggak layak menerima semua
pengorbananNya itu. Toh, setelah Ia disalibkan, setiap harinya pun kita masih
suka menyalibkanNya lagi dengan segala tindakan buruk kita, baik itu pada
sesama maupun pada Tuhan. Nggak ada yang berubah dari diri kita. Semuanya masih
sama saja.
Padahal Kristus hadir ke dunia ini untuk membawa
sebuah perubahan. Ia datang untuk sebuah perbedaan. Kematian dan
kebangkitanNya membawa perubahan besar
dalam kehidupan umat manusia. Manusia yang tadinya dipisahkan dari Allah oleh
karena dosa-dosanya (baca Yesaya 59:2), kini telah dipersatukan lagi dengan
Allah lewat perantaraan Yesus yang telah mati dan bangkit untuk kita (lihat
Efesus 2:13-16). Inilah bedanya! Pengorbanan Kristus membuat kita yang tadinya
nggak layak menjadi layak di hadapanNya.
Ketika kita menerima keselamatan itu, ada perubahan
besar yang terjadi dalam hidup kita. Jangan lagi kita hidup sebagai manusia
lama yang masih suka berbuat dosa, tetapi kita berubah menjadi manusia baru
yang berusaha untuk menjadi seperti Kristus, dan nggak lagi melakukan perbuatan
dosa yang membuat kita justru menyalibkanNya lagi.
A
new man !
Harusnya, sih, masa raya Paskah adalah saat yang tepat
buat kita semua mereview kembali apa yang sudah kita lakukan, gimana kelakuan
dan tutur kata kita selama ini. Apa kita masih suka ngelawan ortu, suka
berantem sama saudara, berlaku curang dengan teman, suka ngerjain guru, bolos
sekolah, nyontek, ngabisin tabungan buat main, de el el. Nggak usah
diingat-ingat dalam setahun, deh, semua perilaku kita. Ingat aja apa yang telah
terjadi selama enam bulan, atau paling tidak tiga bulan, atau bahkan dalam satu
bulan terakhir. Kalau sudah, coba ingat-ingat lagi, selama ini apakah kita
sudah pernah minta ampun sama Bapa di sorga untuk segala dosa kita? Berapa kali
kita melakukannya? Sekali, dua kali, tiga kali, atau nggak pernah sama sekali.
Nah, setelah itu, apakah sehabis minta ampun kita mengulangi dosa yang sama
lagi? Adakah kita sudah menjadi kebal dengan dosa, sehingga menganggap dosa
sebagai sesuatu hal yang 'biasa' dan 'lumrah' dilakukan?
Well guys, kalo dari semuanya itu ternyata kita lebih banyak
berbuat dosanya, it's time to change your
life! Moment paskah ini adalah saat yang paling tepat buat kita untuk
meperbaiki diri. Nggak lagi jadi orang yang habis berbuat dosa, bertobat, terus
berbuat dosa lagi. Yeah.... memang nggak gampang, sih. Namanya juga manusia, pasti nggak luput dari dosa. But, yang terpenting disini adalah
bagaimana cara kita untuk berusaha meminimalisir perbuatan dosa, dan gimana
kita berusaha untuk menjadi seperti yang Kristus inginkan.
Remember! Hidup kita cukup singkat, lho. Jangan sia-siakan itu
dengan melakukan banyak dosa dan menunda pertobatan. Dosa nggak bisa ditebus
dengan melakukan perbuatan baik ataupun melakukan kegiatan amal atau sosial.
Penebusan dosa cuma dilakukan oleh Kristus dengan harga yang sangat mahal. Biar
penebusan itu nggak jadi sia-sia, caranya cuma satu. Bertobat dan berubah.
Mulailah dengan hal-hal kecil seperti nggak lagi ngelawan ortu or ngejahilin guru, nggak lagi berantem
dengan saudara, nggak lagi nyontek or berbohong,
nggak lagi ngomong kotor, dsb. Kalau kita bisa melakukannya, bukan nggak
mungkin orang-orang disekeliling kita pun
jadi bertobat karena melihat perubahan yang nyata dalam hidup kita. Happy Easter, guys...!q(ika) (telah diterbitkan di Majalah KASUT GKI Pondok Indah Jakarta, Edisi April 2007)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar