Yang namanya dibohongi, aduh... nggak banget, deh.
Rasanya pasti sakiiiiittt banget. Tapi coba kalo disuruh ngebohongin orang.
Wah, ini mah pekerjaan gampang dan sudah jadi makanan sehari-hari. Weiiittts!!!
Kok, gitu, ya? Yap! Kenyataannya memang begitu. Kita lebih suka dan lebih mau
membohongi daripada dibohongi. Berbohong seolah menjadi suatu kebiasaan yang
mendarah daging dan nggak mungkin dilepaskan. Sebuah penelitian di Amerika
Serikat mengungkapkan bahwa semua orang dewasa berbohong sebanyak 13 kali dalam
seminggu. Sementara itu sekitar 90% anak sudah pintar berbohong, sedangkan 10%
sisanya baru dalam proses belajar berbohong. Bahkan penelitian tersebut
mengungkap kalo pada dasarnya manusia itu punya
naluri alamiah untuk berbohong sejak masih anak-anak. Ck... ck...ck...
Starting
from...
Kisah kejatuhan manusia pertama ke dalam dosa.
Kebohongan dimulai saat Iblis dalam wujud ular membohongi Hawa soal pohon
pengetahuan di taman Eden (baca Kejadian 3). Dari sinilah manusia kemudian
secara turun temurun belajar berbohong.
Simple, sih. Tapi justru dari sinilah awal kejatuhan manusia ke dalam dosa.
Dari bohong kecil-kecilan, kita mulai menciptakan kebohongan-kebohongan besar
lainnya.
Mungkin
ketika pertama kali mulai belajar berbohong, kita melakukannya dari hal-hal
yang sederhana. For example, bilang
sama Mama kalo sudah ngerjain PR biar diizinin main sama teman-teman ke mal,
padahal sebenarnya belum ngerjain PR. Pamer sama teman-teman kalo nilai bagusmu
didapat karena kamu sudah kerja keras siang malam buat belajar demi ujian
semester, padahal semuanya itu adalah hasil nyontek belaka. Minta uang sama
Papa buat bayar kegiatan eskul, padahal sebenarnya uangnya dipakai buat nraktir
teman-teman se-gank.
Pertama
kali bohong, rasanya takut, cemas, campur aduk. Kedua kali bohong, masih
deg-degan, tapi mulai mengua-sai keadaan. Tiga kali bohong, sudah lebih lihai
lagi. Empat kali dan seterusnya bohong, sudah jadi biasa banget. Boro-boro
takut sama dosa, mikirin dosa aja sama sekali enggak. Yang penting, semua
keinginan kita tercapai dan kita senang, puas, plus happy. Wuah...
Do
you know...?
Ternyata 'sesuatu' yang sederhana ini itu justru
kekejian yang tak terkira di hadapan Allah. Firman Tuhan dalam Amsal 12:22a
bilang, “Orang yang dusta bibirnya adalah kekejian bagi TUHAN,...” Jelas sudah bahwa
bohong alias dusta adalah perkara yang paling dibenci Allah. Kalau ada orang
yang bilang, “Bohong untuk kebaikan itu nggak dosa,” it's totally wrong. Apapun itu, bohong tetaplah bohong dan dosa
tetaplah dosa. Mau bohong kecil atau besar, bohong untuk kebaikan atau
kejahatan, tetaplah itu dosa. Karena dari kebohongan sekecil apapun bisa
membuat kita terjebak kedalam masalah yang lebih besar.
Sekali kita berbohong, suka tidak suka, mau nggak mau, selanjutnya
kita pasti akan menciptakan kebohongan-kebohongan lain yang lebih besar lagi. That's why guys, nggak ada cara lain
selain menghentikan segala kebohongan yang kita buat. Berkata jujur itu jauh
lebih baik. Mungkin kita merasa jujur mungkin akan membuat kita merasa
terkekang. Tapi dengan kejujuran itu kita akan menuai buah yang baik ketimbang
berkata bohong yang justru akan membuat kita makin terjerumus dalam persoalan
yang takkan pernah ada habisnya. Nah, sekarang pilih yang mana? The truth or the lies. Bless you all...q(grace) (telah diterbitkan di Majalah KASUT GKI Pondok Indah Jakarta, Edisi April 2007)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar