Senin, 30 April 2007

THE SIMPLE LIE


Yang namanya dibohongi, aduh... nggak banget, deh. Rasanya pasti sakiiiiittt banget. Tapi coba kalo disuruh ngebohongin orang. Wah, ini mah pekerjaan gampang dan sudah jadi makanan sehari-hari. Weiiittts!!! Kok, gitu, ya? Yap! Kenyataannya memang begitu. Kita lebih suka dan lebih mau membohongi daripada dibohongi. Berbohong seolah menjadi suatu kebiasaan yang mendarah daging dan nggak mungkin dilepaskan. Sebuah penelitian di Amerika Serikat mengungkapkan bahwa semua orang dewasa berbohong sebanyak 13 kali dalam seminggu. Sementara itu sekitar 90% anak sudah pintar berbohong, sedangkan 10% sisanya baru dalam proses belajar berbohong. Bahkan penelitian tersebut mengungkap kalo pada dasarnya manusia itu punya  naluri alamiah untuk berbohong sejak masih anak-anak. Ck... ck...ck...

Starting from...
Kisah kejatuhan manusia pertama ke dalam dosa. Kebohongan dimulai saat Iblis dalam wujud ular membohongi Hawa soal pohon pengetahuan di taman Eden (baca Kejadian 3). Dari sinilah manusia kemudian secara turun temurun belajar berbohong. Simple, sih. Tapi justru dari sinilah awal kejatuhan manusia ke dalam dosa. Dari bohong kecil-kecilan, kita mulai menciptakan kebohongan-kebohongan besar lainnya.
            Mungkin ketika pertama kali mulai belajar berbohong, kita melakukannya dari hal-hal yang sederhana. For example, bilang sama Mama kalo sudah ngerjain PR biar diizinin main sama teman-teman ke mal, padahal sebenarnya belum ngerjain PR. Pamer sama teman-teman kalo nilai bagusmu didapat karena kamu sudah kerja keras siang malam buat belajar demi ujian semester, padahal semuanya itu adalah hasil nyontek belaka. Minta uang sama Papa buat bayar kegiatan eskul, padahal sebenarnya uangnya dipakai buat nraktir teman-teman se-gank.
          Pertama kali bohong, rasanya takut, cemas, campur aduk. Kedua kali bohong, masih deg-degan, tapi mulai mengua-sai keadaan. Tiga kali bohong, sudah lebih lihai lagi. Empat kali dan seterusnya bohong, sudah jadi biasa banget. Boro-boro takut sama dosa, mikirin dosa aja sama sekali enggak. Yang penting, semua keinginan kita tercapai dan kita senang, puas, plus happy. Wuah...

Do you know...?
Ternyata 'sesuatu' yang sederhana ini itu justru kekejian yang tak terkira di hadapan Allah. Firman Tuhan dalam Amsal 12:22a bilang, “Orang yang dusta bibirnya adalah kekejian bagi TUHAN,...” Jelas sudah bahwa bohong alias dusta adalah perkara yang paling dibenci Allah. Kalau ada orang yang bilang, “Bohong untuk kebaikan itu nggak dosa,” it's totally wrong. Apapun itu, bohong tetaplah bohong dan dosa tetaplah dosa. Mau bohong kecil atau besar, bohong untuk kebaikan atau kejahatan, tetaplah itu dosa. Karena dari kebohongan sekecil apapun bisa membuat kita terjebak kedalam masalah yang lebih besar.
       Sekali kita berbohong, suka tidak suka, mau nggak mau, selanjutnya kita pasti akan menciptakan kebohongan-kebohongan lain yang lebih besar lagi. That's why guys, nggak ada cara lain selain menghentikan segala kebohongan yang kita buat. Berkata jujur itu jauh lebih baik. Mungkin kita merasa jujur mungkin akan membuat kita merasa terkekang. Tapi dengan kejujuran itu kita akan menuai buah yang baik ketimbang berkata bohong yang justru akan membuat kita makin terjerumus dalam persoalan yang takkan pernah ada habisnya. Nah, sekarang pilih yang mana? The truth or the lies. Bless you all...q(grace)              (telah diterbitkan di Majalah KASUT GKI Pondok Indah Jakarta, Edisi April 2007)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar