Senin, 31 Desember 2007

IT’S NICE TO BE OURSELVES


Pagi itu saya dikejutkan dengan kehadiran seorang polisi dan sopir angkot yag tiba-tiba saja menghentikan bus kota yang saat itu tengah saya tumpangi. Ternyata mereka sedang mencari-cari seorang anak SMU yang diduga telah menusuk seorang pelajar lain di angkot sang sopir. Ternyata benar, si pelaku memang mencoba kabur dan berada dalam bus yang saya tumpangi. Langsung saja ia digelandang turun dari bus untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya.
Belum lama ini juga kita semua dihebohkan dengan komplotan gank motor yang sudah meresahkan masyarakat, khususnya di kota Bandung. Sejak gabung dengan gank motor ini, beberapa orang teman-teman kita yang baru duduk di bangku SMP dan SMU ini mulai berani melawan ortu, guru, bahkan mulai melakukan tindakan kriminalitas. Dari kebut-kebutan, berantem yang nggak jelas, sampai melakukan tindakan pengrusakan hingga ke pembunuhan. Dalam sebuah wawancara di salah satu stasiun televisi, salah seorang anggota gank motor tersebut mengaku kalau mereka melakukan semuanya itu, sebagai solidaritas mereka pada gank yang telah menjadi identitas alias jati diri mereka.

Antara identitas dan penerimaan
Sobat muda, yang namanya jadi remaja memang gampang-gampang susah. Penginnya, sih, kita ini berusaha untuk bisa hidup lurus-lurus saja. Sekolah yang benar, jadi anak yang berbakti pada ortu, gaul pun juga benar. Tapi sayangnya terlalu banyak hal di sekeliling kita yang ternyata cukup bikin hidup kita akhirnya jadi nggak selurus yang kita penginin. Ketemu sekolah baru dengan teman-teman yang sudah ngebentuk gank sendiri-sendiri, tentu saja bikin kita kepengin masuk menjadi salah satu anggota gank tersebut agar keberadaan kita diakui. Kalo kita nggak jadi anggota gank, bisa-bisa kita bakalan nggak punya teman, bahkan bisa dijadiin bulan-bulanan teman-teman lainnya.
Sudah ngegank, repot juga. Kalo kita nggak ikut-ikutan ngelakuin apa yang menjadi keinginan teman-teman segank, bisa-bisa kita dianggap nggak setia kawan. Buntut-buntutnya kita malah dijauhin dan bakalan dikeluarin dari gank, runyam urusannya. Akhirnya kita jadinya ngikutin kemauan teman-teman segank, meski untuk itu kita harus ‘berkorban’ dengan menyia-nyiakan keluarga, masa depan, bahkan Tuhan sekalipun. Hanya demi sebuah pengakuan dan identitas itulah, kita jadi berani ngelawan ortu dan guru, berani nggak ngelanjutin pendidikan yang sudah diupayakan setengah mati oleh ortu, bahkan kita juga sudah berani melahap narkoba, merampok, sampai menghilangkan nyawa orang lain. Ck... ck... ck...

It’s me... my self...
Guys, apa yang tejadi belakangan ini tentu saja jadi keprihatinan buat kita semua. Cuman gara-gara kepengin diterima dan menjadi bagian dari teman-teman, kita sampai tega mempertaruhkan apa yang kita punya, termasuk keluarga dan masa depan kita. Padahal jauh di luar sana, banyak orang yang merindukan kesempatan untuk bisa seperti kita. Punya keluarga yang baik, bisa sekolah dan meraih cita-cita serta masa depan yang lebih baik. Sayangnya kita justru menyia-nyiakannya untuk hal-hal yang  nantinya justru bakal ngejerumusin.
Actually, yang namanya sebuah pengakuan, pastinya penting banget buat kita semua. Tapi bukan berarti kita jadi ikut-ikutan jadi ‘nggak bener’ untuk mendapatkan sebuah pengakuan dari orang-orang di sekeliling kita. Pengakuan dari orang lain nggak cuman bisa dilakukan ketika kita bergabung dalam sebuah gank dan melakukan aksi-aksi negatif supaya kelihatan cool ‘n keren. Kita juga bisa, kok, ngedapetin pengakuan dari orang lain ketika kita bisa nunjukin prestasi yng kita punya.
Yah... memang, sih, kadang-kadang kita lebih suka ‘memilih’ untuk diakui dengan cara yang salah ketimbang dengan cara yang benar. Bagaimanapun juga untuk bisa berprestasi, dibutuhkan sebuah proses yang cukup panjang. Ada perjuangan berat yang harus dilalui untuk mencapai pembuktian atas sebuah keberhasilan. Sementara untuk sesuatu negatif, biasanya bisa dengan mudah kita jalankan tanpa perlu bersusah-susah. Padahal kalau dipikir-pikir, hal-hal negatif inilah yang bisa merusak masa depn kita nantinya.
That’s why, nggak usah ikut-ikutan jadi buruk hanya demi diakui oleh teman-teman kita. Ingat, lho, yang firTu bilang, “...Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik.” (1 Korintus 15:33). Jangan menyerah ketika kita merasa kesulitan untuk mencapai sebuah prestasi yang baik. ‘Coz, ini adalah proses belajar yang sangat baik dan berguna bagi kita, sebelum akhirnya kita meraih sebuah prestasi dan diakui oleh orang lain. “Adalah baik bagi seorang pria memikul kuk pada masa mudanya.” (Ratapan 3:27).
So, nggak perlu, lah, kita ngerasa sok kelihatan bandel supaya diakui orang lain. Belajar untuk jadi diri sendiri. Pengakuan dan kesuksesan itu ditentukan oleh diri kita sendiri, dan bukan dari orang lain. Teman-teman kita, gank yang kita punya, sama sekali nggak menentukan masa depan kita kelak. Justru diri kita sendirilah yang nentuin mau jadi apa kita kelak, dan kita mau diakui seperti apa oleh orang lain. Itu sebabnya kita harus bisa nunjukin kualitas diri kita sendiri, and jadi diri sendiri, supaya orang lain bisa mengakui diri kita, sebagaimana adanya kita.q(ika)           (telah diterbitkan di Majalah KASUT GKI Pondok Indah Jakarta, Edisi Desember 2007)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar