Pagi itu saya dikejutkan dengan
kehadiran seorang polisi dan sopir angkot yag tiba-tiba saja menghentikan bus
kota yang saat itu tengah saya tumpangi. Ternyata mereka sedang mencari-cari
seorang anak SMU yang diduga telah menusuk seorang pelajar lain di angkot sang
sopir. Ternyata benar, si pelaku memang mencoba kabur dan berada dalam bus yang
saya tumpangi. Langsung saja ia digelandang turun dari bus untuk
mempertanggungjawabkan perbuatannya.
Belum lama ini juga kita semua
dihebohkan dengan komplotan gank motor yang sudah meresahkan masyarakat,
khususnya di kota Bandung. Sejak gabung dengan gank motor ini, beberapa orang teman-teman
kita yang baru duduk di bangku SMP dan SMU ini mulai berani melawan ortu, guru,
bahkan mulai melakukan tindakan kriminalitas. Dari kebut-kebutan, berantem yang
nggak jelas, sampai melakukan tindakan pengrusakan hingga ke pembunuhan. Dalam
sebuah wawancara di salah satu stasiun televisi, salah seorang anggota gank
motor tersebut mengaku kalau mereka melakukan semuanya itu, sebagai solidaritas
mereka pada gank yang telah menjadi identitas alias jati diri mereka.
Antara identitas dan penerimaan
Sobat muda, yang namanya jadi
remaja memang gampang-gampang susah. Penginnya, sih, kita ini berusaha untuk
bisa hidup lurus-lurus saja. Sekolah yang benar, jadi anak yang berbakti pada
ortu, gaul pun juga benar. Tapi sayangnya terlalu banyak hal di sekeliling kita
yang ternyata cukup bikin hidup kita akhirnya jadi nggak selurus yang kita
penginin. Ketemu sekolah baru dengan teman-teman yang sudah ngebentuk gank
sendiri-sendiri, tentu saja bikin kita kepengin masuk menjadi salah satu
anggota gank tersebut agar keberadaan kita diakui. Kalo kita nggak jadi anggota
gank, bisa-bisa kita bakalan nggak punya teman, bahkan bisa dijadiin
bulan-bulanan teman-teman lainnya.
Sudah ngegank, repot juga. Kalo
kita nggak ikut-ikutan ngelakuin apa yang menjadi keinginan teman-teman segank,
bisa-bisa kita dianggap nggak setia kawan. Buntut-buntutnya kita malah dijauhin
dan bakalan dikeluarin dari gank, runyam urusannya. Akhirnya kita jadinya
ngikutin kemauan teman-teman segank, meski untuk itu kita harus ‘berkorban’
dengan menyia-nyiakan keluarga, masa depan, bahkan Tuhan sekalipun. Hanya demi
sebuah pengakuan dan identitas itulah, kita jadi berani ngelawan ortu dan guru,
berani nggak ngelanjutin pendidikan yang sudah diupayakan setengah mati oleh
ortu, bahkan kita juga sudah berani melahap narkoba, merampok, sampai
menghilangkan nyawa orang lain. Ck... ck... ck...
It’s me... my self...
Guys, apa yang tejadi
belakangan ini tentu saja jadi keprihatinan buat kita semua. Cuman gara-gara
kepengin diterima dan menjadi bagian dari teman-teman, kita sampai tega
mempertaruhkan apa yang kita punya, termasuk keluarga dan masa depan kita.
Padahal jauh di luar sana, banyak orang yang merindukan kesempatan untuk bisa
seperti kita. Punya keluarga yang baik, bisa sekolah dan meraih cita-cita serta
masa depan yang lebih baik. Sayangnya kita justru menyia-nyiakannya untuk
hal-hal yang nantinya justru bakal ngejerumusin.
Actually, yang namanya sebuah
pengakuan, pastinya penting banget buat kita semua. Tapi bukan berarti kita
jadi ikut-ikutan jadi ‘nggak bener’ untuk mendapatkan sebuah pengakuan dari
orang-orang di sekeliling kita. Pengakuan dari orang lain nggak cuman bisa
dilakukan ketika kita bergabung dalam sebuah gank dan melakukan aksi-aksi
negatif supaya kelihatan cool ‘n keren. Kita juga bisa, kok, ngedapetin
pengakuan dari orang lain ketika kita bisa nunjukin prestasi yng kita punya.
Yah... memang, sih, kadang-kadang
kita lebih suka ‘memilih’ untuk diakui dengan cara yang salah ketimbang dengan
cara yang benar. Bagaimanapun juga untuk bisa berprestasi, dibutuhkan sebuah
proses yang cukup panjang. Ada perjuangan berat yang harus dilalui untuk
mencapai pembuktian atas sebuah keberhasilan. Sementara untuk sesuatu negatif,
biasanya bisa dengan mudah kita jalankan tanpa perlu bersusah-susah. Padahal
kalau dipikir-pikir, hal-hal negatif inilah yang bisa merusak masa depn kita
nantinya.
That’s why, nggak usah ikut-ikutan
jadi buruk hanya demi diakui oleh teman-teman kita. Ingat, lho, yang firTu
bilang, “...Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik.” (1 Korintus
15:33). Jangan menyerah ketika kita merasa kesulitan untuk mencapai sebuah prestasi
yang baik. ‘Coz, ini adalah proses belajar yang sangat baik dan berguna
bagi kita, sebelum akhirnya kita meraih sebuah prestasi dan diakui oleh orang
lain. “Adalah baik bagi seorang pria memikul kuk pada masa mudanya.” (Ratapan
3:27).
So, nggak perlu, lah, kita ngerasa
sok kelihatan bandel supaya diakui orang lain. Belajar untuk jadi diri sendiri.
Pengakuan dan kesuksesan itu ditentukan oleh diri kita sendiri, dan bukan dari
orang lain. Teman-teman kita, gank yang kita punya, sama sekali nggak menentukan
masa depan kita kelak. Justru diri kita sendirilah yang nentuin mau jadi apa
kita kelak, dan kita mau diakui seperti apa oleh orang lain. Itu sebabnya kita
harus bisa nunjukin kualitas diri kita sendiri, and jadi diri sendiri,
supaya orang lain bisa mengakui diri kita, sebagaimana adanya kita.q(ika) (telah diterbitkan di Majalah KASUT GKI Pondok Indah Jakarta, Edisi Desember 2007)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar