Senin, 31 Desember 2007

Menghadapi Pengkhianatan (Part 2) : KENDALIKAN EMOSIMU!



“Orang yang sabar besar pengertiannya, tetapi siapa cepat marah membesarkan kebodohan.”
(Amsal 14:29 )


Bacaan : Kejadian 4:1-16

Kemarahan adalah sebuah reaksi ‘wajar’ yang seringkali muncul dalam diri setiap orang yang menghadapi pengkhianatan. Sayangnya apa yang kerap dianggap wajar tersebut justru akan menimbulkan persoalan lain yang jauh lebih besar ketika kita tidak sanggup mengendalikannya.
Perhatikanlah apa yang dilakukan oleh Kain. Ia merasa Allah telah bertindak tidak adil pada dirinya. Ia merasa Allah sudah tak lagi percaya  pada dirinya. Ia merasa ‘dikhianati’ Allah yang dirasanya lebih memilih Habel. Akibatnya, Kain menjadi sangat marah dan membenci adik kandungnya sendiri. Tak sanggup mengendalikan emosi yang menguasai dirinya, Kain akhirnya harus menghilangkan nyawa Habel.
Saat kita marah dan memiliki emosi meluap, seharusnya kita secepatnya meredakan emosi, agar nantinya tidak merembet dengan melakukan tindakan-tindakan bodoh yang pada akhirnya justru merugikan diri sendiri. Segala sesuatu yang kita lakukan saat diri dikuasai oleh emosi dan kemarahan yang tertahankan, semuanya itu tidak akan pernah mendatangkan kebaikan bagi diri kita. Yang ada justru persoalan tidak terselesaikan dengan baik, malah kemudian muncul persoalan-persoalan baru yang lebih rumit lagi.
Sebab itu saudaraku, jika karena pengkhianatan itu kita mulai dikuasai  oleh amarah, akan jauh lebih baik bagi kita untuk pergi menyendiri. Menjauhkan diri dari semua orang supaya kita dapat menenangkan diri serta melepaskan emosi yang meluap. Jika sudah dapat menenangkan diri dan meredam emosi, tentunya kita akan lebih mudah untuk berintrospeksi diri dan mencerna pokok permasalahan yang menyebabkan terjadinya pengkhianatan tersebut. Nah, kalau sudah demikian, tentunya tidak akan sulit bagi kita untuk mengambil langkah-langkah apa yang harus dilakukan selanjutnya. Karenanya, marilah kita semua belajar mengendalikan emosi, supaya kita tidak melakukan kesalahan fatal yang nantinya akan memperburuk keadaan sehingga sulit untuk dipulihkan.(ika)


Sebab amarah manusia tidak mengerjakan kebenaran di hadapan Allah.


(Telah dimuat di Renungan Harian Imamat Rajani Edisi Desember 2007)
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar